• Tentang UGM
  • Portal Akademik
  • Pusat TI
  • Perpustakaan
  • Penelitian
Universitas Gadjah Mada
  • About Us
    • About CRCS
    • Vision & Mission
    • People
      • Faculty Members and Lecturers
      • Staff Members
      • Students
      • Alumni
    • Facilities
    • Library
  • Master’s Program
    • Overview
    • Curriculum
    • Courses
    • Schedule
    • Admission
    • Scholarship
    • Accreditation and Certification
    • Academic Collaborations
      • Crossculture Religious Studies Summer School
      • Florida International University
    • Student Satisfaction Survey
    • Academic Documents
  • Article
    • Perspective
    • Book Review
    • Event Report
    • Class Journal
    • Interview
    • Wed Forum Report
    • Thesis Review
    • News
  • Publication
    • Reports
    • Books
    • Newsletter
    • Monthly Update
    • Infographic
  • Research
    • CRCS Researchs
    • Resource Center
  • Community Engagement
    • Film
      • Indonesian Pluralities
      • Our Land is the Sea
    • Wednesday Forum
    • ICIR
    • Amerta Movement
  • Beranda
  • Berita Wednesday Forum
  • Paranormal, Seks dan Pilkada

Paranormal, Seks dan Pilkada

  • Berita Wednesday Forum
  • 4 October 2012, 00.00
  • Oleh:
  • 0

Franciscus Chrismanto Simamora | CRCS | Wedforum

schleheMemasuki era reformasi, praktik paranormal di Indonesia, khususnya di Jawa, semakin menemukan bentuknya dan menjadi fenomena. Praktik ini terbukti semakin menjamur dan semakin modern. Demikian salah satu poin yang disampaikan Prof. Judith Schlehe, pada Wednesday Forum pekan lalu dengan tajuk “Paranormal Practitioners  and Popular Religion in Contemporary Java” (19/09/2012). Hasil  penelitian guru besar Universitas Freiburg, Jerman ini menunjukkan bahwa, paranormal modern di Indonesia enggan disebut dukun, sebab kata ini menimbulkan kesan  tadisional, kuno dan desa. Oleh karenanya para praktisi paranormal ini lebih memilih sebutan pakar supranatural, hypernatural atau spiritual.
Dalam penelitian mengenai paranormal ini Schlehe dipandu oleh dua pertanyaan pokok  yaitu, apa itu paranormal modern dan bagaimana mereka memposisikan diri di era modern ini. Tidak seperti antropolog lain yang melihat paranormal sebagai sesuatu yang eksotik, Schlehe melihat fenomena ini dari sudut pandang kesalingterhubungan.
Schlehe dalam slide presentasinya memaparkan sejumalah perbedaan antara paranormal dengan dukun. Menurutnya, Dukun adalah mereka yang cenderung berdomisili di areal pedesaan, dengan begitu akses teknologi dan informasi cukup terbatas. Sementara paranormal adalah mereka yang lebih memilih untuk menetap di areal perkotaan. Jumlah masyarakat kota yang begitu besar dengan tingkat stress yang tentunya mengikuti menjadi peluang bagi paranormal untuk menyediakan solusi. Selain itu, jika dukun umumnya hanya mengakses pendidikan pada tingkat dasar atau menengah saja, paranormal kebanyakan telah menyelesaikan jenjang pendidikan tinggi bahkan sampai tingkat doktoral. Mereka menyandang gelar-gelar akademis yang juga menjadi nilai jual mereka.
Perbedaan lainnya adalah terkait organisasi nasional. Sejauh ini, organisasi yang mewadahi praktik paranormal ini begitu beragam. Organisasi ini dibentuk tak hanya untuk melindungi eksistensi mereka, namun juga untuk membangun kesan yang lebih positif dari masyarakat terhadap praktik supranatural. Forum Komunikasi Paranormal dan Penyembuh Alternatif Indonesia (FKPPAI) adalah salah satu organisasi yang mewadahi aktivitas ini. Organisasi ini dibentuk untuk mendayagunakan pengetahuan parapsikologi dan metafisika, menyediakan pengobatan alternatif bagi masyarakat, membangun kesadaran spiritual serta melestarikan kemampuan dan budaya dari nenek moyang. Organisasi yang lainnya adalah PATI (Perhimpunan Alternatif Indonesia) yang mulanya  bernama PPI (Paguyuban Paranormal Indonesia). Penyesuaian terhadap perkembangan zaman dan pembenahan kualitas pelayanan memicu organisasi ini untuk mengubah nama. IPI (Ikatan Paranormal Indonesia) juga seragam. Organisasi ini juga bertujuan untuk mengembangkan ilmu supranatural dan ramuan tradisional Indonesia.
Berbeda dengan dukun yang tak mengenal ijin praktek, paranormal mendapat pengakuan dari negara bahkan mengantongi sertifikat untuk mengadakan pengobatan alternatif sebagai jasa primer yang ditawarkan. Selain itu  pembeda utama antara dukun dan paranormal adalah dalam hal  penggunaan teknologi media massa. Paranormal tak segan untuk menggunakan tekhnologi piranti mutakhir dalam menunjang aktifitas pelayanan mereka. Di tempat praktiknya, pengunjung bisa dengan mudah menemukan laptop, telepon genggam terbaru, Ipad dan piranti canggih lainnya. Ini tak lain menyiratkan bahwa mereka adalah pribadi yang juga terbuka dan pengkonsumi teknologi dan informasi terkini. Mereka juga nyatanya dituntut untuk mengikuti perkembangan berita politik, ekonomi dan juga agama. Mereka tak menutup diri terhadap arus perubahan global untuk menampik kesan kolot. Namun, tentu saja, mereka masih tetap melestarikan budaya lokal sebagai identitas dan mengkombinasikannya dengan budaya modern.
Lebih jauh Schlehe menjelaskan bahwa kesan religius dan simbol-simbol agama juga melekat dalam diri para paranormal. Ini menjadi penanda agar eksistensi mereka bisa diterima oleh masyarakat, bahwa ternyata mereka adalah sosok yang tetap menegakkan ibadah dan meyakini yang Maha Kuasa. Mereka juga tak segan-segan untuk mempromosikan jasa pelayanan mereka lewat media massa, seperti internet, televisi, surat kabar, majalah dan radio.
Temuan Schlehe yang menarik lainnya adalah, konsultasi masalah seks ternyata menempati posisi yang lebih tinggi dibanding alasan-alasan lain mengunjungi paranormal, seperti masalah kesehatan, keuangan, karir, asmara, dan peruntungan.  Sehingga belakangan  ini iklan jasa pengobatan masalah seksual, yang mulanya cukup tabu untuk diekspos, menjadi semakin terbuka dan memiliki pangsa pasar yang besar. Pemakai jasa mereka juga terbukti tidak hanya berdatangan dari kalangan menengah kebawah, namun juga kalangan elit dan artis-artis.  Ini menandakan bahwa modernisasi yang juga membawa semangat positivistik, dimana segala gejala mesti memiliki penjelasan yang rasional, tak menyurutkan hasrat mereka untuk memakai jasa praktik pengobatan alternatif ini.
Temuan lain yang juga tak kalah menarik adalah, menjelang pemilihan kepala daerah (pilkada), 80 persen income atau penghasilan para paranormal berasal dari pilkada ini. Inilah momen ketika paranormal disibukkan oleh konsultasi para caleg yang akan berlaga di pilkada.  Mereka yang berkompetisi dalam pilkada ini, yang notabene memiliki gelar-gelar akademis mentereng, meminta bantuan paranormal untuk memudahkan langkah mereka melenggang menuju kursi pemerintahan eksekutif. Berbagai ritual dan amalan mereka kerjakan agar kharisma mereka semakin memancar dan rasa percaya diri mereka semakin membesar. Harapannya, jalan menuju kursi pemerintahan elit menjadi semakin terbuka lebar dan mudah.
Mengakhiri presentasinya, Schlehe menyimpulkan bahwa praktisi paranormal di Jawa telah menjadi semakin modern dan semakin diterima oleh masyarakat. Ini adalah fenomena yang menarik. Jasa pelayanan mereka semakin diminati dan secara tak langsung, pundi-pundi kekayaan paranormal ini pun semakin membesar. Praktek ini telah menjadi semacam ‘entrepreneur’ yang menjanjikan dan menguntungkan. Mereka berhasil membangun citra yang baik di masyarakat dan dalam eksistensinya mampu membuka diri terhadap perubahan sosial, menjadi mediator dalam penanganan konflik dan berkontribusi dalam menciptakan perdamaian di masyarakat (ed-njm).

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Instagram

L A B E L Seberapa penting sebuah label? Bagi makh L A B E L
Seberapa penting sebuah label? Bagi makhluk modern, label itu penting walau bukan yang paling penting. Ia menjadi jendela informasi sekaligus penanda diri. Dalam kacamata masyarakat legalis, label juga berarti penerimaan dan perlindungan. Namun, seringkali label itu disematkan oleh entitas di luar diri, terlepas ada persetujuan atau tidak. Karenanya, tak jarang label juga menjadi penghakiman. Dalam silang sengkarut semacam ini, perebutan kuasa bahasa atas label menjadi vital, terutama bagi kelompok rentan yang dimarjinalkan. Kalau kata teman yang alumni dusun Inggris , "label is rebel!"

Simak bincang @astridsyifa bersama @dedeoetomo tentang lokalitas dan ekspresi identitas gender di situs web crcs
Waktu Hampir Habis 😱 HARI INI TERAKHIR PENDAFTA Waktu Hampir Habis 😱
HARI INI TERAKHIR PENDAFTARAN MASUK CRCS UGM 🫣

Jangan sampai lewatin kesempatan terakhir ini !! 
#crcs #ugm #s2 #sekolahpascasarjanaugm
Kupas Tuntas masuk CRCS UGM (Live Recap) #crcsugm Kupas Tuntas masuk CRCS UGM
(Live Recap)

#crcsugm #pendaftarancrcsugm #sekolahpascasarjanaugm #s2 #ugm #live
Beli kerupuk di pasar baru Nih loh ada info terbar Beli kerupuk di pasar baru
Nih loh ada info terbaruuu

Penasaran gimana rasanya jadi bagian dari CRCS UGM? 🧐 Yuk, intip live streaming kita hari Senin, 30 Juni jam 15.00-17.00 WIB yang akan mengupas tuntas seputar pendaftaran, kehidupan kampus CRCS UGM dan banyak lagi!
Follow on Instagram

Twitter

Tweets by crcsugm

Universitas Gadjah Mada

Gedung Sekolah Pascasarjana UGM, 3rd Floor
Jl. Teknika Utara, Pogung, Yogyakarta, 55284
Email address: crcs@ugm.ac.id

 

© CRCS - Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY