• Tentang UGM
  • Portal Akademik
  • Pusat TI
  • Perpustakaan
  • Penelitian
Universitas Gadjah Mada
  • About Us
    • About CRCS
    • Vision & Mission
    • People
      • Faculty Members and Lecturers
      • Staff Members
      • Students
      • Alumni
    • Facilities
    • Library
  • Master’s Program
    • Overview
    • Curriculum
    • Courses
    • Schedule
    • Admission
    • Scholarship
    • Accreditation and Certification
    • Academic Collaborations
      • Crossculture Religious Studies Summer School
      • Florida International University
    • Student Satisfaction Survey
    • Academic Documents
  • Article
    • Perspective
    • Book Review
    • Event Report
    • Class Journal
    • Interview
    • Wed Forum Report
    • Thesis Review
    • News
  • Publication
    • Reports
    • Books
    • Newsletter
    • Monthly Update
    • Infographic
  • Research
    • CRCS Researchs
    • Resource Center
  • Community Engagement
    • Film
      • Indonesian Pluralities
      • Our Land is the Sea
    • Wednesday Forum
    • ICIR
    • Amerta Movement
  • Beranda
  • Laporan Wednesday Forum
  • Pemuda dalam Menghadapi Segregasi di Poso

Pemuda dalam Menghadapi Segregasi di Poso

  • Laporan Wednesday Forum
  • 10 June 2010, 00.00
  • Oleh:
  • 0

Konflik di Poso menyebabkan segregasi didalam masyarakat Poso, hal ini ditandai dengan adanya wilayah teritorial dari masing-masing kelompok umat beragama. Terkait dengan segregasi tersebut, Izak Y. M. Lattu, alumni CRCS yang saat ini menjadi salah satu staf pengajar di UKSW, pada Wednesday Forum (6/5), menjelaskan bahwa kehadiran Youth Centre di Poso sangat efektif dalam membangun keterbukaan dan hubungan damai di antara Pemuda Poso. Dengan demikian tentu akan lahir berbagai dampak positif termasuk diantaranya menjembatani segregasi yang ada.

Bila dibandingkan dengan pengalaman Youth Center di Bosnia, yakni Jacje Youth Center, kisah sukses yang mereka miliki sebanding dengan Youth Center di Poso. Youth Center tersebut pertama kali didirikan pada bulan November 2004 berkat inisiatif CARDI (Consortium for Assistance and Recovery toward Development in Indonesia). Saat ini terdapat delapan Youth Center dimana kedelapan Center tersebut merepresentasikan masing-masing daerah di Poso.

Ada banyak kegiatan yang dilakukan para pemuda Poso, yang dikategorikan berusia 15-30 tahun, pada setiap program yang ditawarkan Youth Center. Pada prinsipnya program-program yang dibuat bertujuan untuk menguatkan kohesi sosial, mempromosikan dialog, dan menjembatani interaksi di antara para pemuda dari berbagai latar belakang yang mereka miliki. Pemuda diposisikan sebagai aktor utama dalam setiap program yang ada. Kreativitas telah melahirkan berbagai karya dan lapangan pekerjaan.

Menurut Izak, Youth Center yang digerakan oleh para pemuda saat ini adalah bibit dari relasi saling percaya yang masif di Poso. Mereka yang terlibat dalam berbagai aktifitas Youth Center selama ini mengakui bahwa pandangan mereka terhadap orang-orang yang dianggap musuh telah berubah. Pandangan mereka jauh lebih bersahabat. Penderitaan yang telah mereka alami bersama menjadi dasar perjuangan mereka untuk membangun hubungan yang kuat dan damai.

Beberapa peserta dalam Wednesday Forum ini masih mempertanyakan perilaku pemuda di luar kegiatan-kegiatan yang disediakan oleh Youth Center, karena bisa saja hubungan baik itu hanya terkondisikan selama kegiatan berlangsung. Dipertanyakan pula bagaimana Youth Center itu sendiri telah mempersiapkan para pemuda sebagai agen perubahan terutama terhadap segregasi yang ada.

Menanggapi pertanyaan tersebut, Izak mengakui belum meneliti lebih jauh perilaku pemuda di dalam dan di luar program-program tersebut. Namun sejauh ini dalam kehidupan sehari-hari mereka, pemuda sudah berani bertemu satu sama lainnya melewati wilayah-wilayah terititorial yang ada. Menurut Izak, hal ini dapat mendorong masyarakat untuk tidak terus menekankan segregasi yang ada. Inilah salah satu dampak dari usaha Youth Center dalam mempersiapkan mereka sebagai agen perubahan.

Pengalaman Youth Center di atas dapat menjadi salah satu acuan bagi daerah-daerah lainnya. Tentunya tidak sekedar untuk daerah-daerah pasca-konflik maupun rawan konflik. Beberapa prinsip dalam Youth Center tersebut perlu diterapkan pula di daerah yang aman dan damai sebagai usaha penguatan tatanan sosial yang sudah ada, sekaligus usaha preventif terhadap konflik. Disini pelibatan berbagai elemen di masyarakat, termasuk pemerintah, adalah suatu kebutuhan untuk usaha yang masif dan sustainable.

(JMI)

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Instagram

A M P A T Baru kemarin, pemerintah YTTA melakukan A M P A T
Baru kemarin, pemerintah YTTA melakukan aksi simsalabim dengan mencabut empat konsesi tambang di salah satu gugusan Red Line. Aksi "heroik" itu terlihat janggal ketika perusahaan yang paling bermasalah dalam perusakan lingkungan, bahkan yang menjadi pusat viral, justru dilindungi. Tentu bukan karena cocokologi dengan nama Raja Ampat sehingga hanya empat perusahaan yang dicabut konsesinya. Bukan cocokologi juga ketika Raja Ampat akan menjadi lokus tesis yang akan diuji esok di CRCS UGM. Berkebalikan dengan aksi badut jahat di Raja Ampat, @patricia_kabes akan bercerita bagaimana komunitas masyarakat di Aduwei mengelola laut dengan lestari melalui sasi. Berangkat dari negeri timur, peraih beasiswa LPDP ini justru menjadi yang pertama di angkatannya untuk menambahkan dua huruf pada akhir namanya.
For people who learn religious studies, it is comm For people who learn religious studies, it is common to say that "religion", as a concept and category, is Western modern invention. It is European origin, exported globally through colonialism and Christian mission. Despite its noble intention to decolonize modern social categories, it suffers from historical inaccuracy. Precolonial Islamic Malay and Javanese texts in the 16th and 17th century reflect a strong sense of reified religion, one whose meaning closely resembles the modern concept.

Come and join @wednesdayforum discussion at UGM Graduate School building, 3rd floor. We provide snacks and drinks, don't forget to bring your tumbler. This event is free and open to public.
I N S P I R A S I Secara satir, penyandang disabil I N S P I R A S I
Secara satir, penyandang disabilitas baru mendapatkan sorotan ketika dia mampu berprestasi, mampu mengatasi segala rintangan dan kekurangan. Singkat kata, penyandang disabilitas kemudian menjadi sumber inspirasi bagi nondisabilitas. Budi Irawanto menyebutnya sebagai "inspirational porn". Simak ulasan lengkapnya di situs web crcs ugm.
Human are the creature who live between the mounta Human are the creature who live between the mountain and the sea. Yet, human are not the only one who live between the mountain and the sea. Human are the one who lives by absorbing what above and beneath the mountain and the sea. Yet, human are the same creature who disrupt and destroy the mountain, the sea, and everything between. Not all human, but always human. By exploring what/who/why/and how the life between the mountain and the sea is changing, we learn to collaborate and work together, human and non-human, for future generation—no matter what you belief, your cultural background.

Come and join @wednesdayforum with Arahmaiani at UGM Graduate School building, 3rd floor. We provide snacks and drinks, don't forget to bring your tumbler. This event is free and open to public.
Follow on Instagram

Twitter

Tweets by crcsugm

Universitas Gadjah Mada

Gedung Sekolah Pascasarjana UGM, 3rd Floor
Jl. Teknika Utara, Pogung, Yogyakarta, 55284
Email address: crcs@ugm.ac.id

 

© CRCS - Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju