• Tentang UGM
  • Portal Akademik
  • Pusat TI
  • Perpustakaan
  • Penelitian
Universitas Gadjah Mada
  • About Us
    • About CRCS
    • Vision & Mission
    • People
      • Faculty Members and Lecturers
      • Staff Members
      • Students
      • Alumni
    • Facilities
    • Library
  • Master’s Program
    • Overview
    • Curriculum
    • Courses
    • Schedule
    • Admission
    • Scholarship
    • Accreditation and Certification
    • Academic Collaborations
      • Crossculture Religious Studies Summer School
      • Florida International University
    • Student Satisfaction Survey
    • Academic Documents
  • Article
    • Perspective
    • Book Review
    • Event Report
    • Class Journal
    • Interview
    • Wed Forum Report
    • Thesis Review
    • News
  • Publication
    • Reports
    • Books
    • Newsletter
    • Monthly Update
    • Infographic
  • Research
    • CRCS Researchs
    • Resource Center
  • Community Engagement
    • Film
      • Indonesian Pluralities
      • Our Land is the Sea
    • Wednesday Forum
    • ICIR
    • Amerta Movement
  • Beranda
  • Berita Wednesday Forum
  • Situs Kuno Budha di Sekitar Yogyakarta

Situs Kuno Budha di Sekitar Yogyakarta

  • Berita Wednesday Forum
  • 19 May 2011, 00.00
  • Oleh:
  • 0

Di sekitar Yogyakarta sebenarnya terdapat banyak situs-situs kuno agama Budha. Namun, keberadaannya terpinggirkan di bawah bayang-bayang Candi Prambanan, candi Hindu terbesar di Asia Tenggara. Inilah tema utama yang dipresentasikan oleh Kris Budiman pada Wednesday Forum CRCS-ICRS 11 Mei 2011 yang lalu. Pengajar pada program Kajian Budaya dan Media Sekolah Pascasarjana UGM ini mencoba merekam kondisi situs-situs Budha terkait dengan perhatian pemerintah, umat Budha dan masyarakat lokal sekitar lokasi situs-situs tersebut.

 

Kris menayangkan slide foto-foto artefak Budha (candi dan arca) berkategori minor yang terletak di beberapa tempat sekitar Yogyakarta. Artefak-artefak tersebut berasal dari era Kerajaan Mataram kuno yang dikuasai Dinasti Syailendra sekitar abad ke-8 hingga Abad Ke-9 masehi.

 

Sebagian besar peninggalan itu terletak di sekitar Candi Prambanan yang sesungguhnya telah masuk batas wilayah Jawa Tengah. Ada sekitar 20 situs yang dijelaskan Kris, semisal Candi Sewu, Candi Sari, Candi Banyunibo, Situs Dawangsari dan Situs Grimbyangan. Di antara artefak-artefak tersebut hampir tak dikenal masyarakat dan dalam kondisi tidak terawat. Beberapa yang lain masih terpelihara dengan baik, sepert artefak Cupuwatu yang saat ini berdiri di depan Gedung Agung, Istana Kepresidenan di Yogyakarta.

 

Dalam sesi diskusi, seorang peserta menanyakan tentang penyebab kondisi memprihatinkan situs-situs purbakala, seperti arca-arca tanpa kepala. Menjawab pertanyaan ini, Kris menyebutkan bahwa situs-situs yang tetap bertahan sampai hari ini melewati proses sejarah panjang. Kerusakan yang terjadi disebabkan oleh banyak factor, antara lain: perubahan alam, pencurian, dan perusakkan bermotif agama. Bahkan beberapa artefak hilang karena bisnis gelap barang antik dan belakangan ditemukan di di luar negeri.

 

Pemerintah dinilai masih minim memberikan perhatian pada situs-situs purbakala yang ada. Masyarakat di sekitar lokasi dan umat Budha Indonesia-pun juga masih acuh tak acuh dengan keberadaan situs tersebut. Sehingga peluang untuk menjadikannya sebagai objek penelitian arkeologi dan tujuan wisata terbuang begitu saja. Padahal akses transportasi menuju lokasi situs-situs itu tidaklah sulit.

 

Menurut Kris, situs-situs dalam presentasi kali ini mewakili langgam Jawa Tengah yang berbeda dengan Jawa Timur. Sebagaimana situs Budha lainnya, keberadaan stupa dan arca Budha menjadi ciri dominan pada situs yang ada di Jawa tengah. Namun terdapat ciri-ciri khusus, dimana bentuknya relatif tambun, dihiasi dekorasi bermotif kala, dan konstruksinya mengikuti konsep aturan mandala.

 

Selain bersifat religius, sebenarnya ada situs-situs peninggalan masa Kerajaan Budha di Indonesia yang non religius. Kris menuturkan bahwa bangunan non religius pada masa itu dibangun dari material seperti batu, bambu dan tanah. Bangunan kerajaan semisal istana pun tak dibangun sepenuhnya dengan batu sebagaimana bangunan religius semisal candi dan biara. Namun yang masih bisa kita jumpai saat ini hanyalah bangunan-bangunan yang didirikan dengan material batu. (MoU)

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Instagram

L A B E L Seberapa penting sebuah label? Bagi makh L A B E L
Seberapa penting sebuah label? Bagi makhluk modern, label itu penting walau bukan yang paling penting. Ia menjadi jendela informasi sekaligus penanda diri. Dalam kacamata masyarakat legalis, label juga berarti penerimaan dan perlindungan. Namun, seringkali label itu disematkan oleh entitas di luar diri, terlepas ada persetujuan atau tidak. Karenanya, tak jarang label juga menjadi penghakiman. Dalam silang sengkarut semacam ini, perebutan kuasa bahasa atas label menjadi vital, terutama bagi kelompok rentan yang dimarjinalkan. Kalau kata teman yang alumni dusun Inggris , "label is rebel!"

Simak bincang @astridsyifa bersama @dedeoetomo tentang lokalitas dan ekspresi identitas gender di situs web crcs
Waktu Hampir Habis 😱 HARI INI TERAKHIR PENDAFTA Waktu Hampir Habis 😱
HARI INI TERAKHIR PENDAFTARAN MASUK CRCS UGM 🫣

Jangan sampai lewatin kesempatan terakhir ini !! 
#crcs #ugm #s2 #sekolahpascasarjanaugm
Kupas Tuntas masuk CRCS UGM (Live Recap) #crcsugm Kupas Tuntas masuk CRCS UGM
(Live Recap)

#crcsugm #pendaftarancrcsugm #sekolahpascasarjanaugm #s2 #ugm #live
Beli kerupuk di pasar baru Nih loh ada info terbar Beli kerupuk di pasar baru
Nih loh ada info terbaruuu

Penasaran gimana rasanya jadi bagian dari CRCS UGM? 🧐 Yuk, intip live streaming kita hari Senin, 30 Juni jam 15.00-17.00 WIB yang akan mengupas tuntas seputar pendaftaran, kehidupan kampus CRCS UGM dan banyak lagi!
Follow on Instagram

Twitter

Tweets by crcsugm

Universitas Gadjah Mada

Gedung Sekolah Pascasarjana UGM, 3rd Floor
Jl. Teknika Utara, Pogung, Yogyakarta, 55284
Email address: crcs@ugm.ac.id

 

© CRCS - Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY