Wednesday Forum pada tanggal 9 December 2010 mengundang Dr Phill Enns untuk berbicara tentang pencarian makna kebenaran. Dr. Enns pernah diundang sebagai dosen tamu di CRCS UGM pada tahun 2008 dan mengajar “Introduction to Postmodernism”. Sebelumnya ia mengajar di Gindiri College of Theology di Nigeria dan Brock University.
Dalam presentasinya, Dr. Enns melihat bahwa bicara tentang budaya harus diperhatikan pada konteks dan perspektif. Jenis perbincangan ini merupakan refleksi pada diri yang dalam kenyataannya telah terbukti sangat berharga baik untuk mengakses wawasan secara luas. Namun, salah satu konsekuensi dari wacana yang muncul terutama dari ilmu-ilmu sosial, adalah keengganan di pihak para sarjanawan untuk menganggap diri mereka sendiri sebagai bagian dari proyek yang lebih besar dalam mengejar kebenaran. Dr Enns sangat menyayangkan hal ini.
Alih-alih berdebat mengapa hal ini sangat disayangkan, Phill Enns justeru ingin menawarkan tiga alasan mengapa orang-orang yang mempelajari agama harus mencari jalan kebenaran secara serius. Pertama, ia berpendapat bahwa keyakinan keagamaan tidak dapat dipelajari dengan baik tanpa mempertimbangkan bagaimana mereka harus berlaku secara benar. Kedua, ia berpendapat bahwa beberapa kepercayaan agama terkadang lebih benar dari yang lain, dengan demikian studi agama harus mencakup penilaian tentang nilai keyakinan akan kebenaran. Ketiga, jika orang serius terhadap dialog antar-agama, maka dialog ini harus didasarkan pada pencarian kebenaran. Enns menyimpulkan bahwa dalam rangka menjadikan studi agama sebagai disiplin yang menawarkan pengetahuan dan pemahaman, maka subjek harus berkomitmen untuk mencari nilai Kebenaran itu sendiri.
Setelah memberikan sambutannya selama tiga puluh menit, beberapa pertanyaan dan komentar ditujukan kepada Dr Enns, misalnya komentar dari Sita mengenai beberapa poin tentang perbedaan antara budaya dan agama yang sering kali membingungkannya, Sita juga tidak setuju dengan identifikasi Dr Enns yang mengatakan bahwa definisi agama sering kali melampaui batas budaya dan geografis, sementara budaya diletakkan pada ranah yang sangat terbatas. Saber, seorang mahasiswa Phd juga tidak setuju jika agama dan budaya terpisah secara jelas, karena sering kali keduanya justeru berbaur bersama. Saber juga menegaskan bahwa untuk menemukan kebenaran sejati tidaklah mudah, untuk memutuskan suatu kebenaran tunggal hampir tidak mungkin karena setiap orang memiliki definisi sendiri tentang kebenaran. Forum ini berakhir pada pukul 14,30 dimana lebih cepat dibanding waktu biasanya.
Dr Phill Enns saat ini menjadi dosen tamu di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Beberapa mata kuliah yang diampunya antara lain “Global Issues-Religion, Democracy and the Public Sphere”,? “Contemporary Philosophical Thought: Jurgen Habermas”?, “Introduction to Philosophy”?, “Modern Western Philosophy”, dan “Logic: Critical Reasoning”?. Beberapa publikasi terpilihnya antara lain “Interkoneksi antara Filsafat Islam dan Barat di Dunia Hari Ini” yang diterbitkan oleh IAIN Jambi, dan “Nalar dan Wahyu: Kant dan Masalah Otoritas” yang diterbitkan oleh International Journal for Philosophy of Religion.
(HAK)