• Tentang UGM
  • Portal Akademik
  • Pusat TI
  • Perpustakaan
  • Penelitian
Universitas Gadjah Mada
  • About Us
    • About CRCS
    • Vision & Mission
    • People
      • Faculty Members and Lecturers
      • Staff Members
      • Students
      • Alumni
    • Facilities
    • Library
  • Master’s Program
    • Overview
    • Curriculum
    • Courses
    • Schedule
    • Admission
    • Scholarship
    • Accreditation and Certification
    • Academic Collaborations
      • Crossculture Religious Studies Summer School
      • Florida International University
    • Student Satisfaction Survey
    • Academic Documents
  • Article
    • Perspective
    • Book Review
    • Event Report
    • Class Journal
    • Interview
    • Wed Forum Report
    • Thesis Review
    • News
  • Publication
    • Reports
    • Books
    • Newsletter
    • Monthly Update
    • Infographic
  • Research
    • CRCS Researchs
    • Resource Center
  • Community Engagement
    • Film
      • Indonesian Pluralities
      • Our Land is the Sea
    • Wednesday Forum
    • ICIR
    • Amerta Movement
  • Beranda
  • Berita
  • Diskusi: Esoterisme Islam dan Agama-Agama Lokal Indonesia

Diskusi: Esoterisme Islam dan Agama-Agama Lokal Indonesia

  • Berita, News
  • 12 May 2016, 11.47
  • Oleh:
  • 0


PEMBICARA
Dr. Ammar Fauzi
Sekolah Tinggi Filsafat Islam Sadra, Jakarta
“Esoterisme Islam: Aspek Kesejarahan dan Keperadaban dari Relasi Esoterisitas dan Rasionalitas”
Salah satu isu yang, kendati klasik, terus manjadi sorotan penelitian dalam filsafat agama ialah relasi esoterisitas dan rasionalitas. Banyak dimensi yang mungkin disoroti, entah dalam dimensi ontologis, dimensi epistemologis, dan dimensi teologis. Dimensi lain yang kiranya patut mendapatkan porsi perhatian yang sama ialah aspek kesejarahan dan keperadaban. Seperti juga isu komparatif lainnya, esoterisitas dan rasionalitas ditelaah hingga kerap mengawali polarisasi dua kutub ekstrem: ifrath dan tafrith.
Bagi masyarakat beragama, isu ini dengan seperangkat dimensinya tampak krusial, terutama tatkala mempengaruhi iman sebagai elemen dasar keberagamaan. Keberadaan dan sikap seorang beriman di dunia juga terdefinisikan secara lebih ketat oleh pola penanganannya terhadap relasi antara rasionalitas dan esoterisitas. Keseimbangan dua kutub relasi ini kiranya perlu diangkat sebagai bagian dari upaya menegaskan kehadiran iman keagamaan dalam pembangunan peradaban dan pembinaan sosial.


Herman Sinung Janutomo
Praktisi/Budayawan Jawa
“Jagad in Jeroning Manusia Jawa” dari Kitab Atassadur Adammakna, Serat KPH Cakraningrat
Esoterisme dalam agama Islam di Jawa memiliki kekhasan yang unik. Islam model timur tengah memiliki esoterisme yg berbasis Jagad Agung atau alam makrokosmos. Islam Jawa berbasis Jagad Alit atau alam mikrokosmos. Alam mikro dimaksud bukan merujuk kepada ukuran partikelnya sebagaimana dalam Fisika Atom yg mengerucut kepada plasma nuklir. Tetapi merujuk kepada pandangan tradisional mengenai Sapta Pratala Suksma. Sapta Pratala Langit menyangkut eksistensi alam-alam besar eksternal atau eksoteris. Sementara Sapta Pratala Suksma menyangkut fakta-fakta dan realitas di alam-alam esoteris manusia.
Sebagai diskripsinya secara umum Sapta Pratala Langit mengerucut pada keberadaan Arsy. Yakni mahligai singgasana Gusti Kang Murbeng Dumadi. Demikian halnya Sapta Pratala Suksma juga mengerucut pada singgasana yang sama Arsy. Yang mana jika ditulis dengan aksara Hanacaraka menjadi ha-ra- sa… atau ra-sa. Yakni tempat Hyang Maha Suksma bersemayam di singgasana rasa. Hal ini yg dimaksud dengan ungkapan esoterik jawi OLAH RASA. Atau yg terkenal menjadi sasanti jawi Demak Bintara: MULAT SARIRA HANGRASA WANI. Mulat sarira artinya olah rasa. Sarira artinya jiwa. Wani artinya berani. Secara umum berarti diperlukan keberanian untuk mengolah jiwa dan mengolah rasa demi capaian spiritual di singgasana Hyang Suksma. Tuhan Yang Maha Ruh, dalam khasanah Jawa disebut sebagai Sang Hyang Suksma Kawekas. Sedangkan ruh makhluk ataupun manusia disebut sebagai Suksma Sasangka. Secara umum esoterisme Islam di Jawa mengemukakan pandangan mengenai similaritas dan keserempakan antara jagad agung-jagad alit. Semacam keserempakan Shiwaka-Budhaka dalam gelang jagad.


Dr. Samsul Ma’arif
Program Studi Agama dan Lintas Budaya, Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadja Mada
“Relasi Interpersonal sebagai basis Keseimbangan Kosmos: Perspektif Esoterisme Agama Lokal”
Satu wujud, saat mengenali dirinya, mengenali diri wujud lain. Pengenalan diri dan diri lain terjadi melalui relasi. Prinsip eksistensi wujud berdasarkan pada “saya berelasi, maka saya ada…!” (bandingkan dengan cogito ergo sum). Diri, diri lain, dan relasi tersebut di atas adalah elemen utama bagi kosmos. Kosmos dihuni oleh berbagi macam wujud (manusia dan non-manusia). Setiap wujud (baik manusia maupun non-manusia) memiliki potensi untuk menjadi “person,” dan hanya akan dipahami sebagai “person” apabila ia berelasi dengan wujud  (person) lain. Dengan kata lain, hanya dengan melibatkan diri dalam relasi, sang wujud menjadi person. Demikian arti dari relasi interpersonal. Ke-person- an adalah aktualisasi wujud yang dikenali dan dialami oleh wujud lain, sebagaimana wujud lain mengenali dan mengalaminya. Ia adalah tempaan melalui relasi, dan ke-person- an wujud bergantung pada tempaan dalam relasi. Semakin ditempa (engaged in relationship), ke-person– an semakin dikenali dan dialami. Ke-person- an dapat berupa “hero” atau “monster”. Wujud monster adalah perusak, tetapi ke-monsterannya adalah respon terhadap kemonsteran wujud lain. Sementara wujud “hero” adalah penyelaras, dan ke-hero- annya juga merupakan respon terhadap ke-hero- an wujud lain. Hero dan monsternya suatu wujud, sekali lagi, bergantung pada tempaan dalam relasi (interpersonal).
Ke-person- an sang wujud menjadi hero apabila ia melibatkan diri dalam relasi interpersonal secara etis (sadar akan efek perilakunya terhadap ke-person- an wujud lain), bertanggung jawab (sadar akan konsekuensi perilakunya terhadap ke-personannya), dan resiprokal (komitmen berbagi). Etika, tanggung-jawab, dan resiprositas adalah prinsip ke-hero- an, dan prinsip tersebut merupakan syarat bagi keseimbangan kosmos. Seorang manusia (penganut agama lokal) mengenali dan mengalami bahwa tanah (adat), misalnya, telah berkontribusi besar pada hidup dan kehidupannya, sebagaimana ia (manusia) mengenali dan mengalami bahwa ia (manusia) telah berkontribusi besar pada hidup dan kehidupan tanah (adat). Pengenalan dan pengalaman (kedua wujud tersebut) perlu terus ditempa dalam relasi interpersonal yang heroik agar keduanya tetap dan semakin kontributif. Sekali lagi, hanya dengan demikian keseimbangan kosmos berkelanjutan.
Ke-hero- an (yang ditempa melalui pengenalan dan pengalaman dalam relasi interpersonal sifatnya subyektif dan personal. Ia adalah pengetahuan dan pengalaman esoterik. Dua wujud (manusia) atau lebih misalnya dapat mengenali dan mengalami ke-person- an satu wujud yang sama (batu misalnya) secara berbeda, sekalipun pengenalan dan pengalaman masing-masing wujud dapat dikomunikasikan dan dieksternalisasi misalnya melalui “adat” (eksoterik). Sekalipun terkesan berbeda dalam perspektif agama lokal ini, esoterik pada dasarnya memproduksi dan sekaligus diproduksi oleh eksoterik.

Tags: Agama lokal dimensi epistemologis dimensi ontologis dimensi teologis eksoterik Esoterisme Esoterisme Islam ifrath islam Kitab Atassadur Adammakna Kosmos Manusia Jawa person Rasionalitas Relasi Esoterisitas Serat KPH Cakraningrat tafrith

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Instagram

A M P A T Baru kemarin, pemerintah YTTA melakukan A M P A T
Baru kemarin, pemerintah YTTA melakukan aksi simsalabim dengan mencabut empat konsesi tambang di salah satu gugusan Red Line. Aksi "heroik" itu terlihat janggal ketika perusahaan yang paling bermasalah dalam perusakan lingkungan, bahkan yang menjadi pusat viral, justru dilindungi. Tentu bukan karena cocokologi dengan nama Raja Ampat sehingga hanya empat perusahaan yang dicabut konsesinya. Bukan cocokologi juga ketika Raja Ampat akan menjadi lokus tesis yang akan diuji esok di CRCS UGM. Berkebalikan dengan aksi badut jahat di Raja Ampat, @patricia_kabes akan bercerita bagaimana komunitas masyarakat di Aduwei mengelola laut dengan lestari melalui sasi. Berangkat dari negeri timur, peraih beasiswa LPDP ini justru menjadi yang pertama di angkatannya untuk menambahkan dua huruf pada akhir namanya.
For people who learn religious studies, it is comm For people who learn religious studies, it is common to say that "religion", as a concept and category, is Western modern invention. It is European origin, exported globally through colonialism and Christian mission. Despite its noble intention to decolonize modern social categories, it suffers from historical inaccuracy. Precolonial Islamic Malay and Javanese texts in the 16th and 17th century reflect a strong sense of reified religion, one whose meaning closely resembles the modern concept.

Come and join @wednesdayforum discussion at UGM Graduate School building, 3rd floor. We provide snacks and drinks, don't forget to bring your tumbler. This event is free and open to public.
I N S P I R A S I Secara satir, penyandang disabil I N S P I R A S I
Secara satir, penyandang disabilitas baru mendapatkan sorotan ketika dia mampu berprestasi, mampu mengatasi segala rintangan dan kekurangan. Singkat kata, penyandang disabilitas kemudian menjadi sumber inspirasi bagi nondisabilitas. Budi Irawanto menyebutnya sebagai "inspirational porn". Simak ulasan lengkapnya di situs web crcs ugm.
Human are the creature who live between the mounta Human are the creature who live between the mountain and the sea. Yet, human are not the only one who live between the mountain and the sea. Human are the one who lives by absorbing what above and beneath the mountain and the sea. Yet, human are the same creature who disrupt and destroy the mountain, the sea, and everything between. Not all human, but always human. By exploring what/who/why/and how the life between the mountain and the sea is changing, we learn to collaborate and work together, human and non-human, for future generation—no matter what you belief, your cultural background.

Come and join @wednesdayforum with Arahmaiani at UGM Graduate School building, 3rd floor. We provide snacks and drinks, don't forget to bring your tumbler. This event is free and open to public.
Follow on Instagram

Twitter

Tweets by crcsugm

Universitas Gadjah Mada

Gedung Sekolah Pascasarjana UGM, 3rd Floor
Jl. Teknika Utara, Pogung, Yogyakarta, 55284
Email address: crcs@ugm.ac.id

 

© CRCS - Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju