• Tentang UGM
  • Portal Akademik
  • Pusat TI
  • Perpustakaan
  • Penelitian
Universitas Gadjah Mada
  • About Us
    • About CRCS
    • Vision & Mission
    • People
      • Faculty Members and Lecturers
      • Staff Members
      • Students
      • Alumni
    • Facilities
    • Library
  • Master’s Program
    • Overview
    • Curriculum
    • Courses
    • Schedule
    • Admission
    • Scholarship
    • Accreditation and Certification
    • Academic Collaborations
      • Crossculture Religious Studies Summer School
      • Florida International University
    • Academic Documents
    • Student Satisfaction Survey
  • Article
    • Perspective
    • Book Review
    • Event Report
    • Class Journal
    • Interview
    • Wed Forum Report
    • Thesis Review
    • News
  • Publication
    • Reports
    • Books
    • Newsletter
    • Monthly Update
    • Infographic
  • Research
    • CRCS Researchs
    • Resource Center
  • Community Engagement
    • Film
      • Indonesian Pluralities
      • Our Land is the Sea
    • Wednesday Forum
    • ICIR
    • Amerta Movement
  • Beranda
  • Laporan
  • page. 3
Arsip:

Laporan

Refleksi SAA PGI: Jalan Lain bagi Sang Liyan

Event reportLaporan Thursday, 12 January 2023

Refleksi SAA PGI: Jalan Lain bagi Sang Liyan

Ribka Ninaris Barus – 12 Januari 2023

“Saya adalah salah satu dari sekian banyak istri yang tidak diakui oleh negara. Di [tempat] kami, banyak anak yang belum memiliki akte kelahiran, banyak pasangan yang belum memiliki surat kawin karena belum diakui oleh negara.”

Kutipan itu disampaikan oleh Ibu Vivi, seorang perempuan Akur (warga adat Karuhun Urang) Sunda Wiwitan, pada sesi perkenalan peserta Seminar Agama-Agama (SAA) Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) ke-37, di Cigugur, Kuningan, pada November 2022 lalu. Pernyataan Ibu Vivi membuktikan bahwa masyarakat penghayat belum sepenuhnya mendapat pengakuan dari negara. Meskipun Mahkamah Konstitusi (MK) telah mengeluarkan Putusan No.97/PUU-XIV/2016 terkait pengisian kolom agama bagi penghayat, dalam praktiknya masih banyak masyarakat adat dan penghayat yang kesulitan untuk mengakses pelayanan publik dan mendapatkan hak-haknya sebagai warga negara. Perubahan kebijakan ternyata tidak cukup menjadi ujung tombak dalam mengatasi ketidakadilan dan peminggiran penganut agama leluhur di Indonesia.

Yang “Bising”, Bukan yang “Hening”: Kontribusi KBB terhadap Perdamaian

Event reportLaporanNews Sunday, 28 August 2022

Salah satu isu mendasar yang penting untuk diklarifikasi mengenai KBB adalah bahwa yang dilindungi oleh KBB adalah manusia sebagai subjek hak, bukan agama.

Membatasi Tidak Melindungi: Analisis Sosio-Legal SKB 3 Menteri No. 3/2008 dan Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 12/2011 tentang Ahmadiyah

Laporan Wednesday, 27 October 2021

Laporan I/Oktober 2021 membahas permasalahan yang timbul akibat adanya pengaturan diskriminatif terhadap Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI), khususnya Surat Keputusan Bersama (SKB) Nomor 3 Tahun 2008 dan Warga Masyarakat dan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 12 Tahun 2011.

Laporan Pembatasan Hak Beragama di Masa Wabah Covid-19

Laporan Tuesday, 30 June 2020

Laporan I/Juni 2020, karya kolaborasi CRCS, ICRS, dan YLBHI, membahas pembatasan hak kebebasan beragama atau berkeyakinan di Indonesia selama masa wabah Covid-19.

Laporan CRCS: Advokasi Inklusi Sosial untuk Penghayat Kepercayaan

Laporan Thursday, 1 August 2019

Laporan Kehidupan Beragama di Indonesia edisi II/Juli 2019. Unduh di sini.

Laporan April 2019: Pemilu dan Jalan Non-Kekerasan Para Jihadis

Laporan Monday, 22 April 2019

Laporan Kehidupan Beragama Edisi I/April 2019. Diterbitkan atas kerja sama PUSAD Paramadina dan CRCS UGM.

1234

Instagram

Dance is a bridge between two worlds often separat Dance is a bridge between two worlds often separated by distance and differing histories. Through Bharata Natyam, which she learned from Indu Mitha, Aslam's dances not only with her body, but also with the collective memory of her homeland and the land she now loves. There is beauty in every movement, but more than that, dance becomes a tool of diplomacy that speaks a language that needs no words. From Indus to Java, dance not only inspires but also invites us to reflect, that even though we come from different backgrounds, we can dance towards one goal: peace and mutual understanding. Perhaps, in those movements, we discover that diversity is not a distance, but a bridge we must cross together.

Come and join #wednesdayforum discussion at UGM Graduate School building, 3rd floor. We provide snacks and drinks, don't forget to bring your tumbler. This event is free and open to public.
Mereka ingin kita lupa, diam, lalu hilang. Tapi ki Mereka ingin kita lupa, diam, lalu hilang. Tapi kita memilih merekam, mengingat, dan melawan
K A (R) Y A Kekayaan tak selalu berwujud angka di K A (R) Y A
Kekayaan tak selalu berwujud angka di buku tabungan. Ada jenis kekayaan lain yang tumbuh diam-diam: ketika kita mencipta, memberi, dan melihat karya itu menemukan hidupnya di tangan orang lain. Dalam setiap berbagi, ada sebagian diri yang bertambah, bukan berkurang. Mungkin di sanalah letak kekayaan sejati: bukan pada apa yang kita simpan, melainkan pada apa yang kita lepaskan dengan cinta.

Mari berkarya dan bersama memperkaya hati, perut, dan pikir dengan sobat ka(r)ya di lapak teman-teman!
L O K A K A R Y A Tak cuma olah pikir dan wicara, L O K A K A R Y A 
Tak cuma olah pikir dan wicara, kamu juga bisa merayakan semua indera.
Melalui Amerta Movement, kita menemu tubuh yang sadar dan peka;
Dalam kombucha, kita memelihara kehidupan dari fermentasi kecil;
Lewat makrame dari plastik bekas, kita menenun ulang makna sampah;
dan dari pupuk organik cair, kita belajar merawat bumi dengan sabar

Yuk daftar dan rayakan!
Follow on Instagram

Twitter

Tweets by crcsugm

Universitas Gadjah Mada

Gedung Sekolah Pascasarjana UGM, 3rd Floor
Jl. Teknika Utara, Pogung, Yogyakarta, 55284
Email address: crcs@ugm.ac.id

 

© CRCS - Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY