• Tentang UGM
  • Portal Akademik
  • Pusat TI
  • Perpustakaan
  • Penelitian
Universitas Gadjah Mada
  • About Us
    • About CRCS
    • Vision & Mission
    • People
      • Faculty Members and Lecturers
      • Staff Members
      • Students
      • Alumni
    • Facilities
    • Library
  • Master’s Program
    • Overview
    • Curriculum
    • Courses
    • Schedule
    • Admission
    • Scholarship
    • Accreditation and Certification
    • Academic Collaborations
      • Crossculture Religious Studies Summer School
      • Florida International University
    • Student Satisfaction Survey
    • Academic Documents
  • Article
    • Perspective
    • Book Review
    • Event Report
    • Class Journal
    • Interview
    • Wed Forum Report
    • Thesis Review
    • News
  • Publication
    • Reports
    • Books
    • Newsletter
    • Monthly Update
    • Infographic
  • Research
    • CRCS Researchs
    • Resource Center
  • Community Engagement
    • Film
      • Indonesian Pluralities
      • Our Land is the Sea
    • Wednesday Forum
    • ICIR
    • Amerta Movement
  • Beranda
  • Wawancara
  • page. 4
Arsip:

Wawancara

Priyambudi Sulistiyanto: Pilkada, Kontestasi Demokrasi dengan Beragam Identitas

Wawancara Tuesday, 18 May 2010

Bagaimana masa depan demokrasi Indonesia, khususnya dalam pelaksaan Pilkada 2010? Bagaimana peran partai politik Islam dalam Pilkada dan berbagai kendala dalam demokrasi di Indonesia yang baru berjalan hampir satu dekade? Pewawancara CRCS, Hatib Abdul Kadir, menemui Priyambudi Sulistiyanto, salah seorang dosen di Flinders Asia Center, Flinders University, Australia. Kedatangan Priyambudi kali ini selain dalam masa liburan juga untuk mengisi bedah buku Deepening Democracy in Indonesia? Direct Elections for Local Leaders (Pilkada) (2009), dimana ia menjadi editor bersama Maribeth Erb.

Tomas Lindgren:Narasi Orang-Orang yang Terlibat Konflik (Agama) di Ambon

Wawancara Wednesday, 25 November 2009

Saya pada akhirnya mewawancarai Tomas Lindgren, setelah ia melakukan studi lapangan untuk kedua kalinya di Ambon (2005 and 2009), di sebuah kafe di Yogyakarta. Pak Tomas mewawancarai orang-orang yang terlibat langsung dalam konflik dan beberapa akademisi lokal dalam melihat konflik di Ambon yang terjadi selama sekitar empat tahun (1999-2004). Ada banyak penemuan dan analisa penting yang disampaikan dalam wawancara ini

 



CRCS: Kali ini anda melakukan penelitian tentang apa?

 

Tomas: Saya tengah menulis sebuah buku tentang agama dan konflik, dan beberapa bagian di dalamnya berbicara tentang konflik di Maluku. Penelitian ini berfokus pada narasi masyarakat terhadap konflik agama, yang berdasar pada narasi tempat dimana mereka tinggal. Saya tengah mencoba mengilustrasikan konflik di Maluku tersebut

Politik Identitas Mayoritas-Minoritas Di India

Wawancara Monday, 26 October 2009

Politik Identitas Mayoritas-Minoritas Di India Wawancara dengan Ram Kakarala

Ram adalah sarjana India yang berasal dari bagian selatan India. Dia tinggal di sebuah kota yang bernama Banghalore, dan bagian dari perjalanan CSCS (Pusat Studi Budaya dan Masyarakat). Dalam wawancara ini, Ram menguraikan bagaimana hubungan mayoritas Hindu dan minoritas Islam maupun Kristen menjadi permasalahan penting dalam hubungan antar agama di India sejak tahun 1980an. Selain permasalahan radikalisme umat Hindu, India juga menghadapi permasalahan perbatasan dengan Pakistan dan munculnya beberapa gerakan separatisme, karena itu Ram menegaskan bahwa permasalahan India sesungguhnya mirip dengan apa yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia.

Patrick Guiness: Kampung, Anak Muda dan Islam di Jawa Urban

Wawancara Saturday, 17 October 2009

[perfectpullquote align=”full” cite=”” link=”” color=”” class=”” size=”13″]”Patrick Guiness adalah antropolog yang pertama kali datang ke Indonesia pada tahun 1970 an. Tulisan etnografinya yang paling mengesankan adalah “Five Families on Sand Diggers” (lima keluarga penggali pasir), bercerita mengenai kehidupan penggali pasir di Kali Code, Yogyakarta di tahun 1977. Tulisan bersifat life history inilah yang kemudian menjadi disertasinya dan menghantarkannya meraih gelar PhD. Patrick juga menulis tentang orang-orang gelandangan di Yogyakarta. Tak lama setelah itu, ia menerbitkan buku tentang ‘Kampung: Harmony and Hierarchy in a Javanese Kampung’ (1986). Buku ini sangat menaruh simpati dan pembelaan terhadap masyarakat Kampung Ledok, yang tinggal di bantaran Kali Code, Yogyakarta. Keteguhan Patrick sebagai “antropolog sejati” yang membela rakyat kecil terus berlanjut dengan kembali ke Kampung Kali Code pada tahun 1999. Kali ini ia bermaksud melihat proses perubahan warga kampung Ledok pasca keruntuhan Orde Baru.”[/perfectpullquote][perfectpullquote align=”full” cite=”” link=”” color=”” class=”” size=”13″]”Saya mewawancari Patrick Guiness secara singkat di sebuah workshop ‘Growing Up in Indonesian: Experience and Diversity in Youth Transitions’ di kampus Australian National University. Wawanca berlanjut pada sebuah peluncuran buku terbarunya ‘Kampung, State and Islam in Urban Java’ (2009) di Asian Book, Canberra. Di dua tempat ini, Patrick Guiness berbincang tentang penelitiannya di sebuah kampung bernama Ledok, bagaimana masyarakat di sana bernegosiasi dengan konsep ruang dan perubahan sejarah dalam merespon perubahan politik, ekonomi dan sosial secara lebih luas.”[/perfectpullquote]

Prof. Makoto Koike: Dari Jepang, Membangun

Wawancara Tuesday, 13 October 2009

Prof. Makoto Koike saat membangun Uma Ratu (blogspot.com)

“Nama Sumbanya adalah Umbu Haharu,” kata seorang laki-laki dari desa Wunga, Sumba Timur. Nama Sumba tersebut diberikan kepada Prof. Makoto Koike ketika ia memulai penelitian doktornya di Sumba Timur. Penelitian etnografinya (Desember 1985 – Juni 1988) berusaha untuk melihat dan memahami budaya dari masyarakat desa Wunga, terutama terkait dengan mitos, aturan kawin-mawin, dan aktifitas-aktifitas religiusnya. “Wunga adalah kampung pertama di Sumba, bernuansa mitos, jadi menarik juga”, ujar Antropolog asli Jepang ini.

Ram Kakarala: Politik Identitas Mayoritas-Minoritas Di India

Wawancara Friday, 11 September 2009

Politik Identitas Mayoritas-Minoritas Di India Wawancara dengan Ram Kakarala

 

 

Ram adalah sarjana India yang berasal dari bagian selatan India. Dia tinggal di sebuah kota yang bernama Banghalore, dan bagian dari perjalanan CSCS (Pusat Studi Budaya dan Masyarakat). Dalam wawancara ini, Ram menguraikan bagaimana hubungan mayoritas Hindu dan minoritas Islam maupun Kristen menjadi permasalahan penting dalam hubungan antar agama di India sejak tahun 1980an. Selain permasalahan radikalisme umat Hindu, India juga menghadapi permasalahan perbatasan dengan Pakistan dan munculnya beberapa gerakan separatisme, karena itu Ram menegaskan bahwa permasalahan India sesungguhnya mirip dengan apa yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia.

12345

Instagram

A M P A T Baru kemarin, pemerintah YTTA melakukan A M P A T
Baru kemarin, pemerintah YTTA melakukan aksi simsalabim dengan mencabut empat konsesi tambang di salah satu gugusan Red Line. Aksi "heroik" itu terlihat janggal ketika perusahaan yang paling bermasalah dalam perusakan lingkungan, bahkan yang menjadi pusat viral, justru dilindungi. Tentu bukan karena cocokologi dengan nama Raja Ampat sehingga hanya empat perusahaan yang dicabut konsesinya. Bukan cocokologi juga ketika Raja Ampat akan menjadi lokus tesis yang akan diuji esok di CRCS UGM. Berkebalikan dengan aksi badut jahat di Raja Ampat, @patricia_kabes akan bercerita bagaimana komunitas masyarakat di Aduwei mengelola laut dengan lestari melalui sasi. Berangkat dari negeri timur, peraih beasiswa LPDP ini justru menjadi yang pertama di angkatannya untuk menambahkan dua huruf pada akhir namanya.
For people who learn religious studies, it is comm For people who learn religious studies, it is common to say that "religion", as a concept and category, is Western modern invention. It is European origin, exported globally through colonialism and Christian mission. Despite its noble intention to decolonize modern social categories, it suffers from historical inaccuracy. Precolonial Islamic Malay and Javanese texts in the 16th and 17th century reflect a strong sense of reified religion, one whose meaning closely resembles the modern concept.

Come and join @wednesdayforum discussion at UGM Graduate School building, 3rd floor. We provide snacks and drinks, don't forget to bring your tumbler. This event is free and open to public.
I N S P I R A S I Secara satir, penyandang disabil I N S P I R A S I
Secara satir, penyandang disabilitas baru mendapatkan sorotan ketika dia mampu berprestasi, mampu mengatasi segala rintangan dan kekurangan. Singkat kata, penyandang disabilitas kemudian menjadi sumber inspirasi bagi nondisabilitas. Budi Irawanto menyebutnya sebagai "inspirational porn". Simak ulasan lengkapnya di situs web crcs ugm.
Human are the creature who live between the mounta Human are the creature who live between the mountain and the sea. Yet, human are not the only one who live between the mountain and the sea. Human are the one who lives by absorbing what above and beneath the mountain and the sea. Yet, human are the same creature who disrupt and destroy the mountain, the sea, and everything between. Not all human, but always human. By exploring what/who/why/and how the life between the mountain and the sea is changing, we learn to collaborate and work together, human and non-human, for future generation—no matter what you belief, your cultural background.

Come and join @wednesdayforum with Arahmaiani at UGM Graduate School building, 3rd floor. We provide snacks and drinks, don't forget to bring your tumbler. This event is free and open to public.
Follow on Instagram

Twitter

Tweets by crcsugm

Universitas Gadjah Mada

Gedung Sekolah Pascasarjana UGM, 3rd Floor
Jl. Teknika Utara, Pogung, Yogyakarta, 55284
Email address: crcs@ugm.ac.id

 

© CRCS - Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju