Bagaimana masa depan demokrasi Indonesia, khususnya dalam pelaksaan Pilkada 2010? Bagaimana peran partai politik Islam dalam Pilkada dan berbagai kendala dalam demokrasi di Indonesia yang baru berjalan hampir satu dekade? Pewawancara CRCS, Hatib Abdul Kadir, menemui Priyambudi Sulistiyanto, salah seorang dosen di Flinders Asia Center, Flinders University, Australia. Kedatangan Priyambudi kali ini selain dalam masa liburan juga untuk mengisi bedah buku Deepening Democracy in Indonesia? Direct Elections for Local Leaders (Pilkada) (2009), dimana ia menjadi editor bersama Maribeth Erb.
Wawancara
Saya pada akhirnya mewawancarai Tomas Lindgren, setelah ia melakukan studi lapangan untuk kedua kalinya di Ambon (2005 and 2009), di sebuah kafe di Yogyakarta. Pak Tomas mewawancarai orang-orang yang terlibat langsung dalam konflik dan beberapa akademisi lokal dalam melihat konflik di Ambon yang terjadi selama sekitar empat tahun (1999-2004). Ada banyak penemuan dan analisa penting yang disampaikan dalam wawancara ini
CRCS: Kali ini anda melakukan penelitian tentang apa?
Tomas: Saya tengah menulis sebuah buku tentang agama dan konflik, dan beberapa bagian di dalamnya berbicara tentang konflik di Maluku. Penelitian ini berfokus pada narasi masyarakat terhadap konflik agama, yang berdasar pada narasi tempat dimana mereka tinggal. Saya tengah mencoba mengilustrasikan konflik di Maluku tersebut
Politik Identitas Mayoritas-Minoritas Di India Wawancara dengan Ram Kakarala
Ram adalah sarjana India yang berasal dari bagian selatan India. Dia tinggal di sebuah kota yang bernama Banghalore, dan bagian dari perjalanan CSCS (Pusat Studi Budaya dan Masyarakat). Dalam wawancara ini, Ram menguraikan bagaimana hubungan mayoritas Hindu dan minoritas Islam maupun Kristen menjadi permasalahan penting dalam hubungan antar agama di India sejak tahun 1980an. Selain permasalahan radikalisme umat Hindu, India juga menghadapi permasalahan perbatasan dengan Pakistan dan munculnya beberapa gerakan separatisme, karena itu Ram menegaskan bahwa permasalahan India sesungguhnya mirip dengan apa yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia.
[perfectpullquote align=”full” cite=”” link=”” color=”” class=”” size=”13″]”Patrick Guiness adalah antropolog yang pertama kali datang ke Indonesia pada tahun 1970 an. Tulisan etnografinya yang paling mengesankan adalah “Five Families on Sand Diggers” (lima keluarga penggali pasir), bercerita mengenai kehidupan penggali pasir di Kali Code, Yogyakarta di tahun 1977. Tulisan bersifat life history inilah yang kemudian menjadi disertasinya dan menghantarkannya meraih gelar PhD. Patrick juga menulis tentang orang-orang gelandangan di Yogyakarta. Tak lama setelah itu, ia menerbitkan buku tentang ‘Kampung: Harmony and Hierarchy in a Javanese Kampung’ (1986). Buku ini sangat menaruh simpati dan pembelaan terhadap masyarakat Kampung Ledok, yang tinggal di bantaran Kali Code, Yogyakarta. Keteguhan Patrick sebagai “antropolog sejati” yang membela rakyat kecil terus berlanjut dengan kembali ke Kampung Kali Code pada tahun 1999. Kali ini ia bermaksud melihat proses perubahan warga kampung Ledok pasca keruntuhan Orde Baru.”[/perfectpullquote][perfectpullquote align=”full” cite=”” link=”” color=”” class=”” size=”13″]”Saya mewawancari Patrick Guiness secara singkat di sebuah workshop ‘Growing Up in Indonesian: Experience and Diversity in Youth Transitions’ di kampus Australian National University. Wawanca berlanjut pada sebuah peluncuran buku terbarunya ‘Kampung, State and Islam in Urban Java’ (2009) di Asian Book, Canberra. Di dua tempat ini, Patrick Guiness berbincang tentang penelitiannya di sebuah kampung bernama Ledok, bagaimana masyarakat di sana bernegosiasi dengan konsep ruang dan perubahan sejarah dalam merespon perubahan politik, ekonomi dan sosial secara lebih luas.”[/perfectpullquote]
Prof. Makoto Koike saat membangun Uma Ratu (blogspot.com) |
“Nama Sumbanya adalah Umbu Haharu,” kata seorang laki-laki dari desa Wunga, Sumba Timur. Nama Sumba tersebut diberikan kepada Prof. Makoto Koike ketika ia memulai penelitian doktornya di Sumba Timur. Penelitian etnografinya (Desember 1985 – Juni 1988) berusaha untuk melihat dan memahami budaya dari masyarakat desa Wunga, terutama terkait dengan mitos, aturan kawin-mawin, dan aktifitas-aktifitas religiusnya. “Wunga adalah kampung pertama di Sumba, bernuansa mitos, jadi menarik juga”, ujar Antropolog asli Jepang ini.
Politik Identitas Mayoritas-Minoritas Di India Wawancara dengan Ram Kakarala
Ram adalah sarjana India yang berasal dari bagian selatan India. Dia tinggal di sebuah kota yang bernama Banghalore, dan bagian dari perjalanan CSCS (Pusat Studi Budaya dan Masyarakat). Dalam wawancara ini, Ram menguraikan bagaimana hubungan mayoritas Hindu dan minoritas Islam maupun Kristen menjadi permasalahan penting dalam hubungan antar agama di India sejak tahun 1980an. Selain permasalahan radikalisme umat Hindu, India juga menghadapi permasalahan perbatasan dengan Pakistan dan munculnya beberapa gerakan separatisme, karena itu Ram menegaskan bahwa permasalahan India sesungguhnya mirip dengan apa yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia.