Sejauh mana keberadaan kecerdasan buatan mampu membantu agama menjawab tantangan zaman? Ataukah keberadaaanya justru membuat agama semakin tidak relevan dan menggantikannya?
Laporan Wednesday Forum
Pasca-Reformasi, semangat generasi muda di berbagai daerah untuk menggali kebudayaan lokal mereka kembali muncul. Akan tetapi, jurang antargenerasi telah terjadi. Bertolak dari keresahan tersebut, Lakoat.Kujawas berusaha menjembatani keberadaan adat, modernitas, dan gereja di Mollo, Timor Tengah Selatan (TTS). Salah satunya melalui sastra lokal.
Ali Jafar/Wednesday Forum
Banyak dari kita yang hanya tahu tentang Ammatoans dari general perspective tentang mereka. Kehidupan traditional mereka memang sangatlah menarik. Terlebih ketika kita melihat program TV yang menghadirkan serial etnik atau sejenisnya. Ammatoans sering digambarkan sebagai sekumpulan masyarakat kecil yang “masih” percaya pada “animism” dan mengadakan ritual untuk konservasi hutan. Di beberapa progam religi di pertelevisisan Indonesia, Ammatoans ditampilkan sebagai komunitas muslim yang yang masih mempraktikan “syncretism”, karena mereka memberikan sesajen kepada hutan, gunung dan daratan. Orang Indonesia memiliki banyak sekali stereotype tentang Ammatoans, tetapi siapa sebenarnya Ammatoans yang sesungguhnya? Terkait stereotype tentang Ammatoans ini, pada rabu 16 september, Wednesday Forum yang diadakan CRCS/ICRS kembali menghadirkan Dr. Samsul Ma’arif yang telah melakukan penelitian pada Ammatoans dan mengemukakan fakta sebaliknya.
Wedforum | CRCS | Farihatul Qamariyah
As society changes, youth are taking on more significant roles as agents of peace building and the university is becoming a more important institutional actor. One consequence of the current context of the apparent increase in violence resulting from religious intolerance between Muslims and Christians, as seen in incidents that have occurred in several places carried out by certain religious groups, is the continuing anxiety across Indonesian society over religion and its role in social conflict. Thus, interfaith peacemaking is urgently needed.
WedForum | CRCS | Ida Fitri
Jaye Starr, an American Muslim visiting the ICRS/CRCS programs through the Henry Luce Foundation exchange program, started her talk at the Wednesday Forum by inviting the audience to express their perceptions or questions about Islam and Muslims in America. She then provided an overview of Muslims in America from an historical and demographic perspective. Of the 7 million Americans Muslims living in America today, 2% are European, 2% are South-East Asian, 25% are from the Middle East, 30% are African American, 33% come from South-Central Asia, and 5% come from other backgrounds. Starr explained the necessity of examing the historical background of Islam and Muslims in America today.
Konflik di Poso menyebabkan segregasi didalam masyarakat Poso, hal ini ditandai dengan adanya wilayah teritorial dari masing-masing kelompok umat beragama. Terkait dengan segregasi tersebut, Izak Y. M. Lattu, alumni CRCS yang saat ini menjadi salah satu staf pengajar di UKSW, pada Wednesday Forum (6/5), menjelaskan bahwa kehadiran Youth Centre di Poso sangat efektif dalam membangun keterbukaan dan hubungan damai di antara Pemuda Poso. Dengan demikian tentu akan lahir berbagai dampak positif termasuk diantaranya menjembatani segregasi yang ada.