• Tentang UGM
  • Portal Akademik
  • Pusat TI
  • Perpustakaan
  • Penelitian
Universitas Gadjah Mada
  • About Us
    • About CRCS
    • Vision & Mission
    • People
      • Faculty Members and Lecturers
      • Staff Members
      • Students
      • Alumni
    • Facilities
    • Library
  • Master’s Program
    • Overview
    • Curriculum
    • Courses
    • Schedule
    • Admission
    • Scholarship
    • Accreditation and Certification
    • Academic Collaborations
      • Crossculture Religious Studies Summer School
      • Florida International University
    • Academic Documents
    • Student Satisfaction Survey
  • Article
    • Perspective
    • Book Review
    • Event Report
    • Class Journal
    • Interview
    • Wed Forum Report
    • Thesis Review
    • News
  • Publication
    • Reports
    • Books
    • Newsletter
    • Monthly Update
    • Infographic
  • Research
    • CRCS Researchs
    • Resource Center
  • Community Engagement
    • Film
      • Indonesian Pluralities
      • Our Land is the Sea
    • Wednesday Forum
    • ICIR
    • Amerta Movement
  • Beranda
  • Berita
  • Merancang Aksi, Melibatkan Diri

Merancang Aksi, Melibatkan Diri

  • Berita, Berita, Laporan, News, News
  • 26 August 2025, 15.10
  • Oleh: crcs ugm
  • 0

Fellowship KBB 2025 kali ini menghadirkan kelas Klinik dan Advokasi KBB sebagai bagian dari luaran yang tidak hanya menghasilkan gagasan tertulis, tetapi juga aksi nyata. Jika pada tahun-tahun sebelumnya peserta hanya menghasilkan tulisan berbasis penelitian, kini mereka juga diajak merancang program advokasi dan pendidikan berbasis pengalaman. Proses perancangan aksi ini dilakukan secara bertahap dan kolaboratif, mulai dari pengantar fasilitator, diskusi kelompok berbasis kasus nyata, hingga penyusunan rencana aksi yang aplikatif. Hasilnya, para peserta tidak hanya mengasah pemahaman teoretis, tetapi juga melahirkan rancangan advokasi dan klinik KBB yang dapat diimplementasikan di lingkungan akademik maupun masyarakat.

Proses rancangan aksi Klinik dan Advokasi KBB melalui beberapa tahapan terstruktur. Pertama, fasilitator membuka dan memberikan pengantar tentang advokasi KBB dengan perspektif HAM, termasuk menjelaskan pihak-pihak yang terlibat dari unsur masyarakat maupun negara serta peran masing-masing. Selanjutnya, peserta dibagi ke dalam kelompok kecil dan diberikan arahan teknis untuk mendiskusikan satu kasus yang dipilih bersama.

Diskusi kelompok difokuskan pada identifikasi pihak-pihak terkait, analisis peluang dan tantangan, serta penyusunan rencana kerja individu maupun kelompok. Hasil diskusi kemudian dituliskan pada kertas flipchart dan dipresentasikan oleh perwakilan tiap kelompok dalam sesi pleno. Fasilitator mengaitkan temuan dari setiap kelompok, menyimpulkan wawasan yang dihasilkan, dan meninjau kembali topik yang sudah dibahas. Proses ini memastikan bahwa luaran yang dihasilkan bersifat kolaboratif, berbasis analisis kasus nyata, dan memuat langkah-langkah aksi yang dapat diimplementasikan.

Salah satu contohnya ialah rencana aksi Klinik KBB yang diinisiasi oleh tim dosen Studi Agama-Agama, Aqidah dan Filsafat Islam, serta Perbandingan Mazhab dan Hukum Universitas Darussalam Gontor. Rencana aksi mereka bertujuan membentuk perspektif kritis mahasiswa guru terhadap isu KBB sekaligus meningkatkan kesadaran akan berbagai bentuk pelanggarannya di Indonesia. Sasaran kegiatan ialah mahasiswa semester 4 dan 6 Prodi Studi Agama-Agama dengan jumlah peserta terbatas 5–10 orang yang telah memiliki bekal pengetahuan dasar tentang aliran teologis dalam Islam dan agama-agama lain, serta berasal dari latar belakang budaya dan organisasi yang beragam. 

Kegiatan dilaksanakan secara partisipatif dan bertahap, mulai dari brainstorming pemahaman tentang aliran teologis, diskusi norma-norma KBB dengan media video dan bacaan, hingga studi kasus pelanggaran KBB pada kelompok Syiah dan Ahmadiyah. Melalui tahap experiential learning, peserta berinteraksi daring dengan korban pelanggaran untuk memahami isu secara mendalam dan merasakan urgensi advokasi. Seluruh rangkaian ditutup dengan sesi refleksi guna merangkum pembelajaran dan mendorong kepedulian mahasiswa terhadap pemajuan KBB secara konstruktif.

Contoh lainny ialah Rancangan Advokasi KBB yang disusun oleh Hadza Min Fadhli Robby, dosen Hubungan Internasional Universitas Islam Indonesia. Dalam rancangan aksinya, ia ingin mendorong institusi pendidikan berbasis keagamaan swasta agar lebih responsif terhadap isu-isu KBB, khususnya melalui pendekatan interseksionalitas. Advokasi ini diinisiasi melalui workshop dan kuliah umum yang menghadirkan narasumber dengan kompetensi mendalam terkait isu KBB. Hadza menekankan bahwa mata kuliah Hubungan Internasional dapat dieksplorasi dengan perspektif multidisiplin, misalnya melalui kajian hak asasi manusia (HAM) dan isu-isu keamanan manusia. Program ini menargetkan sivitas akademika, terutama mahasiswa, agar memiliki kesadaran yang lebih mendalam mengenai keterkaitan isu-isu KBB dengan demokrasi, penguatan HAM, dan pemaknaan keindonesiaan. Sejalan dengan itu, Hadza menegaskan, “Saya ingin mendekati KBB tidak dalam kerangka teologis-apologetik, tetapi pendekatan multidisiplin yang sifatnya lebih generik dan lebih organik.”

Dalam pendekatan ini, komunitas minoritas seperti masyarakat adat dan pesantren waria akan dihadirkan dalam perkuliahan, sehingga mahasiswa dapat mengkaji HAM dari sudut pandang yang lebih luas dan tidak terbatas pada dimensi universal-legalistik. Dalam konteks rumah ibadah, pendekatan interseksional dihadirkan dengan mengaitkan isu perizinan rumah ibadah pada kajian politik spasial dan tata ruang yang menjadi ranah keilmuan arsitektur. 

Melalui rancangan aksi Klinik KBB dan Advokasi Kebebasan Beragama, mahasiswa tidak hanya diposisikan sebagai pembelajar, tetapi juga sebagai pelaku advokasi yang terlibat langsung dalam isu-isu kebebasan beragama. Hal ini diperkuat oleh program advokasi yang berfokus pada mendorong perubahan kebijakan dan membangun kesadaran publik. Dengan perpaduan keduanya, Fellowship KBB 2025 menghasilkan gagasan sekaligus memicu langkah nyata menuju perubahan yang lebih inklusif dan berkeadilan.

______________________

Nanda Tsani adalah mahasiswa Program Studi Agama dan Lintas Budaya (CRCS), Sekolah Pascasarjana UGM, angkatan 2023. Baca tulisan Nanda lainnya di sini.

Artikel ini merupakan salah satu usaha CRCS UGM untuk mendukung SDGs nomor  4 tentang Pendidikan Berkualitas.

Tags: advokasi berbasis riset Fellowship KBB klinik KBB nanda tsani

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Instagram

A R S I P Arsip-arsip Tionghoa di Nusantara adala A R S I P 
Arsip-arsip Tionghoa di Nusantara adalah ingatan yang bernafas pelan di antara debu dan waktu. Ia adalah sebuah fragmen tentang perjumpaan budaya, iman, dan keberanian untuk menetap di tanah yang kadang menolak untuk mengingat. Dalam lembar-lembar rapuh itu tersimpan bukan hanya doa dan bahasa, melainkan  juga cara bangsa ini bernegosiasi dengan lupa. 
CRCS UGM meluncurkan sebuah ruang arsip digital terkait agama dan budaya Tionghoa. Mari menyambut bersama ruang jumpa ini agar digitalisasi arsip tidak berhenti di bita-bita dunia maya. Dari kelenteng, rumah ibadah, hingga ruang digital, masa lalu menemukan napas barunya.
Bangsa yang Bergerak Setelah tujuh film panjang d Bangsa yang Bergerak

Setelah tujuh film panjang dan enam film pendek menjelajah layar dan ruang diskusi di berbagai penjuru tanah air dan dunia, kini Indonesian Pluralities hadir dengan kisah di baliknya. Buku ini menyingkap perjalanan riset, proses kreatif, dan refleksi yang tak sempat tertuang dalam medium film, disertai pula wawancara eksklusif, foto-foto, dan dokumentasi pemutaran.
Sebuah persembahan dari CRCS UGM, Pardee School of Global Studies Boston University, dan WatchdoC Documentary, dengan dukungan Henry Luce Foundation. Mari menelusuri bagaimana Indonesian Pluralities bergerak di layar, di lapangan, dan dalam kehidupan kita bersama.
K I S A H Sejarah perjuangan gender di Indonesia a K I S A H
Sejarah perjuangan gender di Indonesia adalah kisah panjang tentang tubuh, ingatan, dan perlawanan.
Kini, perjuangan itu hadir dalam banyak wajah: perempuan adat, gerakan queer, hingga ulama perempuan. Kesemuanya itu menantang warisan kolonialitas, patriarki, dan kapitalisme, sambil merumuskan ulang masa depan yang lebih adil bagi semua. 
Mari bergabung dalam ruang bincang lintas gerakan ini untuk menapaktilasi jejak perjuangan  dan menenun kembali makna kebebasan dan keadilan gender hari ini.

Selasa, 21 Oktober 2025, Pukul 15:15 WIB
di Auditorium Sekolah Pascasarjana UGM
B E R S I H “Bersih” tidak cukup berarti hanya B E R S I H
“Bersih” tidak cukup berarti hanya ramah lingkungan.
Energi yang benar-benar berkelanjutan juga harus adil bagi manusia dan semesta. Upaya penghadiran energi bersih sudah selayaknya menyatu dengan kearifan lokal, relasi sosial, dan spiritualitas yang hidup di dalamnya.
Mari bergabung dalam sesi ini untuk menimbang ulang makna “energi bersih” yang sejati:
energi yang tidak hanya mengalirkan listrik, tetapi juga kehidupan. ⚡️

Selasa, 21 Oktober 2025, Pukul 13:30 WIB
di Auditorium Sekolah Pascasarjana UGM
Follow on Instagram

Twitter

Tweets by crcsugm

Universitas Gadjah Mada

Gedung Sekolah Pascasarjana UGM, 3rd Floor
Jl. Teknika Utara, Pogung, Yogyakarta, 55284
Email address: crcs@ugm.ac.id

 

© CRCS - Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY